Di awal September 2023, saya memulai proses magang yang merupakan bagian dari mata kuliah yang mesti diprogram oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Bosowa di semester 7. Setelah melakukan konsultasi dan observasi, saya memilih Kedai Buku Jenny (KBJ) sebagai tempat magang yang berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Saya tidak sendirian magang di KBJ. Sahabat saya Salza Nabila atau akrab disapa Caca juga ikut serta.
Kalau ditanya apa alasan magang di KBJ, atau mengapa anak HI magang di komunitas. Jawabannya bisa sangat beragam dan bergantung pada apa yang menjadi fokus komunitas tersebut. Secara keilmuan, dengan magang di KBJ dan terlibat pada program Panggung Gembira, kami berharap bisa mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam menciptakan ruang bermain anak yang ramah dan aman sesuai dengan amanat Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak. Salah satunya tentang hak bermain.
Kedai Buku Jenny sendiri merupakan komunitas literasi yang kini bertempat di Kompleks Pesona Pelangi Regency Blok M 18 Moncongloe, Kabupaten Maros. Salah satu lini yang dikembangkan KBJ adalah Teater Anak Ketjil. Dan saat kami memulai proses magang, KBJ sedang menjalankan program Panggung Gembira. Program ini merupakan upaya untuk membuat ruang bermain dan belajar yang ramah dan aman bagi anak-anak dengan menggunakan metode seni teater. Program ini didukung oleh Ashoka Foundation Indonesia dan Forum Anak Butta Salewangan Maros.
Kami memulai proses magang pada Sabtu 9 September 2023. Hari Jum’at dan Sabtu sejak Juli hingga September adalah Hari Bermain bagi belasan siswa dan siswi SDN Inpres 127 Moncongloe yang ikut serta dalam program Panggung Gembira. Hari Bermain adalah fase dimana anak-anak bermain dan berlatih teater. Kami memulai magang di masa-masa akhir program saat anak-anak sedang mempersiapkan pementasan empat naskah pada puncak program yang dinamai sama dengan nama program ini yaitu Panggung Gembira.
Hari Bermain dilaksanakan di halaman belakang SDN Inpres 127 Moncongloe. Saya tidak tahu pasti tempat yang mirip seperti panggung berukuran kira-kira 4×5 meter yang beratap namun tak bertembok difungsikan untuk apa sehari-harinya, tapi disitulah anak-anak bermain dan berlatih. Di samping bangunan itu ada masjid dan kantin sekolah yang memudahkan anak-anak untuk membeli makanan dan minuman saat istirahat latihan.
Di hari-hari menuju pementasan, tim dari Kedai Buku Jenny, ada Kak Nhytha dan Kak Ami secara spesifik mulai memastikan anak-anak dapat menguasai naskah beserta gerak, tari dan blocking di panggung. Tugas kami adalah menemani anak-anak bermain dan berlatih selama persiapan pementasan. Meski terkesan mudah, tapi ternyata menemani 14 anak-anak dengan usia rata-rata antara 9-11 tahun dengan karakter yang berbeda-beda ternyata punya tantangannya sendiri. Untungnya, sejak awal. anak-anak menyambut kami dengan suka cita. Meski hitungannya, kami baru terlibat di akhir-akhir proses latihan.
Saya sangat masih mengingat betapa hangatnya sambutan mereka kepada kami. Dan tak butuh waktu lama hingga kami berdua akrab dengan anak-anak ini. Selain mengikuti program latihan yang sudah ditentukan, kami berdua juga memainkan beberapa permainan yang seketika membuat saya bernostalgia pada masa kecil saya dulu. Karena kedekatan kami dengan anak-anak, kadang mereka juga meminta saya untuk mengajari mereka menggambar. Untung saja saya memiliki kemampuan lebih dalam hal menggambar.
Satu hal yang menarik dan berkesan dari program magang ini adalah perjalanan menuju lokasi yang meski cukup jauh dari rumah kami berdua, namun kami yang sering datang bersama sangat menikmati perjalanan. Jalur yang kami lewati biasanya melalui Kolam Regulasi Nipa-Nipa dari arah Antang yang menyuguhkan pemandangan yang hijau dan bentangan pegunungan yang tentu jarang kami temui di tengah kota Makassar.
Satu minggu menjelang hari pementasan ‘Panggung Gembira’ adalah masa paling sibuk selama proses magang. Kami mesti menyiapkan properti pementasan seperti kostum, menata panggung dengan hiasan-hiasan yang indah mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan serta melakukan gladi. Tentu saja kami juga memikirkan siapa saja yang nantinya akan diundang serta apa-apa saja acara yang dibawakan.
Puncak acara Panggung Gembira dilaksanakan pada Jumat, 29 September 2023. Sejak pagi hingga sore dilaksanakan beberapa item kegiatan yang melibatkan tidak hanya anak-anak yang mementaskan naskah teater, namun juga siswa-siswa lain. Hari itu, tak ada aktivitas pembelajaran. Semua guru maupun siswa bergembira bersama mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan. Pusat kegiatan dilaksanakan di panggung seni yang didirikan di area lapangan sekolah. Selain pementasan teater, juga ada kegiatan mendongeng oleh siswa, talk show, pemilihan duta baca, dan workshop menggambar.
Panggung Gembira dibuka secara resmi oleh Bunda Baca Kabupaten Maros Ibu Hj. Ulfiah Nur Yusuf Chaidar, S.Si. Beliau juga menyematkan selempang kepada beberapa siswa yang dipilih sebagai duta baca sekolah. Pada kesempatan ini, Teater Anak Ketjil SDN Inpres 127 Moncongloe menampilkan salah satu naskah yang berjudul Berteman itu Baik. Naskah ini mengandung pesan bahwa menjadi berbeda, menjadi beragam adalah hal biasa. Perbedaan bukan alasan untuk saling membenci apalagi menyakiti.
Setelah sesi pembukaan berakhir, kegiatan berikutnya adalah Talkshow yang mengangkat tema Bermain dan Berkesenian sebagai Pemenuhan Hak Anak. Adapun narasumbernya yaitu Ibu Uci Lestari, S.STP., M.Si yang mewakili Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sulawesi Selatan, Nurfadillah Yani, S.S., M.Hum yang merupakan Pendamping Forum Anak Butta Salewangang Kabupaten Maros, serta Direktur Kedai Buku Jenny Harnita Rahman. Sesi ini dipandu oleh Bapak Zulkhair Burhan dari Kedai Buku Jenny.
Setelah shalat Jum’at, dua kegiatan dilaksanakan secara paralel, yaitu Cerita Anak dan Workshop Menggambar. Di Panggung utama, sesi Cerita Anak menampilkan para siswa dari berbagai kelas yang membacakan cerita sesuai topik yang sudah ditentukan sebelumnya dan dipilih secara acak. Beberapa topik cerita tersebut, antara lain: Bapakku, Ibuku, Waktu Bersama Keluarga, Teman Baikku, Guru Favorit, Rumahku dan lain-lain. Melalui sesi ini, kita dilatih untuk mendengarkan suara anak yang datang dari pengalaman atau apa yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-harinya. Disela anak-anak bercerita, ada suguhan dongeng yang dibawakan oleh Kak Nadzra.
Di waktu yang sama, Workshop Menggambar dilaksanakan di pendopo sekolah yang terletak di sebelah kanan panggung utama. Bersama kakak maha dari Kedai Buku Jenny, saya bertugas untuk menjadi fasilitator. Tidak kusangka banyak sekali anak-anak yang tertarik mengikuti workshop menggambar bahkan ada anak yang tidak henti-hentinya meminta saya dan Maha untuk mengajarkannya cara menggambar objek yang diinginkan. Berselang beberapa waktu, gambar mereka telah selesai satu persatu dan anak-anak sangat antusias menceritakan karyanya dan mengekspresikan perasaan mereka atas karya gambar yang dihasilkan.
Meski sore semakin menua, namun para siswa serta orang tua dan para guru tetap antusias mengikuti kegiatan Panggung Gembira hingga kegiatan terakhir yaitu pertunjukan teater yang sekaligus menjadi acara puncak Panggung Gembira. Anak-anak membawakan tiga naskah yang dipadu dengan lagu dan tari, yaitu: Que Sera Sera, Sehat Harusnya Mudah serta Toakala dan Bissu Daeng. Naskah terakhir ini merupakan adaptasi dari legenda kera Macaca Maura yang berada di wilayah Camba, Maros.
Untuk penampilan teater ini, saya dan Caca cukup sibuk karena harus memastikan pertukaran kostum pemain di setiap pergantian naskah yang ditampilkan dengan cepat dan tepat. Untungnya kami juga dibantu oleh beberapa mahasiswa yang sedang magang di sekolah tempat pelaksanaan Panggung Gembira. Namun semua kesibukan mempersiapkan Panggung Gembira dan semua detail kegiatan seolah terbayar dengan penampilan Teater Anak Ketjil SDN 127 Moncongloe sore itu.
Hari itu sekaligus menjadi penghujung masa magang di Kedai Buku Jenny. Rasanya bercampur aduk. Senang karena tugas yang kami lakukan telah selesai namun juga sedih rasanya berpisah dengan tim yang luar biasa dari Kedai Buku Jenny. Suasana haru sore itu yang saya dan Caca rasakan semakin genap dengan kedatangan para pemain teater yang langsung memeluk kami sambil menangis. Mereka seolah ikut bersedih karena tidak akan bersama lagi seperti masa-masa latihan dan persiapan Panggung Gembira.
Setelah hari itu, kami mendengar kabar bahwa Teater Anak Ketjil pergi ke Malang untuk mementaskan salah satu naskah yang berjudul Toakala dan I Bissu Daeng di Festival Cerita Panji dan mereka berhasil membawa pulang piala sebagai salah satu Pementas Terbaik untuk kategori anak-anak. Beberapa anak-anak yang ikut ke Malang memberi kabar kepada kami bahwa mereka berhasil menaklukkan Festival Cerita Panji. Dan kami pun tidak berhenti dibuat terkesan oleh kerja keras mereka.
Banyak pelajaran yang kami dapatkan selama melakukan magang di Kedai Buku Jenny, pandangan kami tentang anak-anak yang bermain berubah. Kami juga bertemu dengan banyak orang-orang yang luar biasa. Kami juga belajar bagaimana melakukan kerjasama tim yang baik. Pengalaman magang ini akan jadi kenangan dan pelajaran indah yang akan terus kami kenang.
Penulis: Triza Jeny Saputri dan Salza Nabila