Kedai Buku Jenny
No Result
View All Result
  • PROGRAM
  • CATATAN
  • BUKU
  • PENERBIT
  • ART
  • VIDEO
  • PROGRAM
  • CATATAN
  • BUKU
  • PENERBIT
  • ART
  • VIDEO
No Result
View All Result
Kedai Buku Jenny
No Result
View All Result
  • PROGRAM
  • CATATAN
  • BUKU
  • PENERBIT
  • ART
  • VIDEO
Home Entertainment Music

Serba Pertama di Paralaks Intimate Showcase dan Mengapa Penting Merayakannya

by KBJamming
December 26, 2023
in Music, Art, Catatan
0
Serba Pertama di Paralaks Intimate Showcase dan Mengapa Penting Merayakannya
0
SHARES
90
VIEWS
Share on FacebookShare on Whatsapp

Kabar rilis album sebuah band biasanya menjadi sesuatu yang menggembirakan bagi siapapun yang memiliki hubungan dalam pertemanan, tongkrongan, kekerabatan atau karya dengan band dan karya-karyanya. Seperti itu pula yang saya rasakan saat mendengar kabar bahwa Surgir akhirnya merampungkan mini album keduanya yang bertajuk Paralaks dan akan merayakan perilisannya melalui format intimate showcase.

Seperti saat merilis mini album Lihat Temu, Surgir memilih waktu di akhir tahun. Kali ini pada 22 Desember 2023, bertempat White House Lounge yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 22 yang bersebelahan dengan Hotel Horison Makassar. Perilisan ini juga jadi lebih leluasa dibanding tiga tahun lalu saat Covid 19 baru saja merebak dan mengakibatkan pembatasan mobilitas serta mempengaruhi jumlah penonton yang dimungkinkan untuk hadir. Meski demikian, dengan format pertunjukan yang intim ini, Surgir membatasi jumlah tiket yang diperjualbelikan.

Soal tempat yang dipilih Surgir, memang masih relatif baru dan belum banyak diketahui bahkan oleh pelaku musik berjam terbang tinggi seperti Ale dari Kapal Udara, Abe dari Skena dan Rachmat dari Rumata’ Art Space. Mereka semua mengkonfirmasi bahwa ini merupakan kali pertama mendatangi venue ini dan mengapresiasinya. Ale menyorot peredam suara yang memenuhi bagian atas venue. Menurut Ale, itu yang membuat produksi sound dan suara tidak mantul. Bahkan Rachmat sudah menggadang-gadang akan menggelar pertunjukannya di tempat ini pertengahan tahun depan. Dia sudah membayangkan akan seperti apa venue itu ia manfaatkan.

Saat pertama tiba, suasana masih cukup lengang. Semua penonton masih berada merapat ke tembok menunggu dimulainya pertunjukan Di panggung yang rendah dan tanpa barikade tentunya, nampak Fadly tod yang sepertinya sedang mempersiapkan alatnya. Awalnya saya mengira, hanya tod yang menjadi pembuka malam itu seperti yang tertera pada publikasi event di instagram. Sebelum saya tiba, pertunjukan ternyata telah dimulai oleh Wira dari band Bleak! yang malam itu tampil dengan project musik eletronik bernama 404. Pantas saja sepertinya para penonton seperti sedang rehat setelah sebuah pertunjukan.

Tapi yang menarik perhatian saya ditengah kelengangan itu adalah orang yeng berdiri tepat di depan FoH di sebelah kanan saya berdiri. Ada Opan, orang lama di musik Makassar yang belakangan etauku jadi vokalis di band Teduh Bersinar dan beberapa band lain seperti Radio dan The Spike sebagai drummer. Saya menyimak dengan seksama apa yang ia sampaikan malam itu. Alih-alih sebagai MC yang biasanya hanya mempersilahkan atau sekadar basa basi sebelum pertunjukan dimulai, Opan menjadi serupa jembatan khususnya bagi mereka yang baru saja akan mendengarkan karya-karya tod maupun Surgir. Saya seperti sedang mendengar ulasan musik dari seorang podcaster yang terbiasa menulis musik. Dan yang lebih menarik lagi karena sepertinya semua orang mendengarkannya. Sepertinya ini kali pertama saya mendatangi pertunjukan musik dan diberi insight pengetahuan musik sebagai bonus. Saya jadi semakin percaya kalau panggung musik punya potensi besar jadi ruang produksi pengetahuan.

Merekam Keintiman

Menjelang setengah sembilan malam, penampilan tod dimulai oleh Fadly yang tampil sendiri sambil memainkan gitar dan merapal Tabe’ dari album La Marupe. Penonton kembali memenuhi area depan panggung. Ada yang berdiri dan cukup banyak yang memilih untuk duduk. Termasuk saya dan beberapa kawan yang awalnya sama-sama berdiri di bagian belakang kemudian ikut memilih duduk setelah beberapa lagu.

Di penampilan tod kali ini, untuk pertama kali saya menyaksikan penampilan Viola yang baru saja dipercaya menjadi drummer. Meski sebelumnya saya sudah pernah bersua dengannya di beberapa kegiatan Create -sebuah program untuk mendekatkan anak muda dengan isu toleransi melalui media seni- dimana ia menjadi peserta. Saat itu, ia masih duduk di bangku SMA. Di penampilan kali ini, saya juga untuk pertama kalinya mendengarkan tiga lagu yang akan menjadi materi di album berikutnya. Ketiga lagu yang semuanya menggunakan diksi Bugis Makassar yaitu Sigere’, Toa Sanro, dan Kumbala. Seingatku tak ada konfirmasi dari tod kapan album baru mereka dirilis malam itu, tapi ketiga lagu ini cukup lah jadi alasan untuk membuat kita menunggunya.

Selain tiga lagu baru, tod juga membawakan 9 lagu dari materi album dan mini album sebelumnya. Selain riuh nyanyi bersama di beberapa lagu yang akrab di telinga, saya juga menangkap bagaimana tod berusaha menjahit keintiman baik dengan penonton maupun dengan Surgir si pemilik acara malam itu. Di sela penampilannya, Dian vokalis tod bercerita bagaimana kelindan personil tod dengan personil Surgir. Dan Lorong Ceria jadi ruang dimana keintiman mereka dibangun sejak lama. Bahkan beberapa dari personil kedua band punya projekan musik bersama. Makanya kata Dian, kedua band ini adalah project parkit a.k.a para-para kita (baca: pertemanan).

tod menutup penampilannya dengan unik melalui lagu Badik. Di bagian akhir lagu, penonton yang cukup banyak sedang duduk diminta berdiri oleh Dian dan kemudian para personil meninggalkan panggung dan membiarkan ketukan-ketukan akhir lagu tetap mengalun sebagai ucapan sampai jumpa. Penampilan tod malam itu sangat mengobati kerinduan saya yang cukup lama tidak menyaksikan mereka tampil langsung. Dan saya harus mengakui jika aspek teknis yang apik membuatnya jadi sempurna. Semua pesan tersampaikan dengan baik.

Dan tak perlu menunggu lama, setelah tod Surgir mengambil alih panggung dengan membawakan Nying Nying sebagai lagu pembuka. Lagu ini dirilis pada 2022 dan mengajak serta Fami yang lebih dikenal sebagai frontman band punk The Hotdogs. Namun sayang malam itu tak ikut tampil serta meski ia hadir juga malam itu. “Fami nda ada semua mi alatnya, canda seorang personil Surgir menyoal tidak mentasnya Fami malam itu. Meski demikian, semua musisi yang diajak Surgir untuk berkolaborasi di beberapa lagu di album maupun single sebelumnya diajak ikut serta, seperti Chapung ACDP dan Inggrid Beatrix di lagu Rumah yang juga dirilis pada 2022.

Dan yang mungkin paling banyak ditunggu orang, paling tidak yang mengikuti Surgir sejak awal, adalah kolaborasinya dengan Om Ical yang sebelumnya sempat menjadi drummer Surgir di masa-masa pengerjaan album Lihat Temu. Saya langsung memilih ke barisan depan panggung saat lagu Lihat Temu dibawakan bersama Om Ical. Selain karena lagu ini adalah jagoan saya di album Lihat Temu, saya juga tentu ingin menyaksikan atraksi Om Ical lebih dekat. Beberapa kawan di sebelah yang juga memilih maju lebih awal mengkonfirmasi hal yang sama. Sungguh, syahdu. Apalagi saat koor massal dan part solo gitar yang mengingatkan saya dengan sebuah lagu lawas yang menyejukkan.

Soal departemen gitar, kehadiran Apoyando sebagai personil baru semakin memberi warna baru dalam karya-karya Surgir. Apo sebelumnya lebih dikenal sebagai gitaris di band instrumental Trigu dan Urbaneggs. Dan ini pula kali pertama saya menyaksikan penampilan langsung Surgir dengan gitaris barunya. Penampilan Surgir malam itu dibagi jadi dua sesi. Di bagian awal mereka membawakan tujuh lagu yang diambil dari materi mini album Lihat Temu dan beberapa single setelahnya. Sesi berikutnya menyuguhkan kelima lagu dalam mini album Paralaks.

Album Paralaks dan intimate showcase-nya menjadi penutup tahun yang layak dirayakan. Selain karena pertunjukan ini jadi ruang untuk bertemu kawan lama dan berbagai kemungkinan setelah perjumpaan itu, bagi saya, pertunjukan ini tidak hanya sekadar sebagai ruang untuk memperkenalkan karya baru. Lebih jauh, ia adalah ruang bersama untuk mengenali dan mendalami setiap inci dari usaha keras yang telah dilakukan oleh Surgir dalam rentang waktu yang tak bisa dibilang sebentar. Menghadiri dan berbahagia atas pertunjukan intim ini jadi cara paling mungkin untuk menjadi bagian dari perayaan ini. Setelahnya, kita bisa memilih jalan lain untuk semakin mengapresiasi karya-karya Surgir. Dan untuk semua yang pertama dari pertunjukan ini, kami menghaturkan terima kasih.

Teruslah terbit, Surgir!

Penulis: Zulkhair Burhan

Foto: Ai Wajdi

Tags: Album ParalaksKedai Buku JennyParalaks Intimate ShowcaseSurgirtod
KBJamming

KBJamming

Next Post
Panggung Gembira dan Ruang Bermain Ramah dan Aman untuk Anak

Panggung Gembira dan Ruang Bermain Ramah dan Aman untuk Anak

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Tentang
  • Contact

© KBJamming - Almost Book Shop, Barely Art Gallery

No Result
View All Result
  • PROGRAM
  • CATATAN
  • BUKU
  • PENERBIT
  • ART
  • VIDEO

© KBJamming - Almost Book Shop, Barely Art Gallery