KBJamming adalah gelaran akustikan bulanan yang diadakan pada akhir minggu oleh Kedai Buku Jenny. Dalam setiap gelaran akan disuguhkan penampilan dari beberapa band indie Makassar yang dibuka oleh penampilan band kampus. Selain menyuguhkan penampilan akustik sebagai acara utama, gelaran ini juga akan dimeriahkan dengan berbagai rangkaian acara, seperti pemeran mini, lapakan D.I.Y dan lainnya.
Gelaran ini kami harapkan dapat menjadi pilihan lain (jika tak ingin disebut sebagai alternatif) ditengah monoton dan tidak bervariasinya model perayaan akhir pekan saat ini. Kami juga bermimpi bahwa gelaran musik berselera dapat digelar di tempat-tempat sederhana dan dapat diakses oleh siapa saja. Sekali lagi, siapa saja!
Selain itu, kami juga berharap gelaran ini dapat menjadi ruang bagi banyak elemen untuk bertemu dan berbagi tentang banyak hal. Kami membayangkan bahwa KBJamming bisa menjadi tempat hang out baru yang akan mempertemukan para musisi, pencinta musik, penulis, mahasiswa, sketcher, pekerja D.I.Y, penyiar radio, pegawai kantoran, dan siapa pun dia. Untuk itu, gelaran ini bagi kami tidak melulu tentang musik. Lebih dari itu, gelaran ini bagi kami lebih menyerupai ruang dialog yang menjadikan musik sebagai katalisatornya. Mungkin kami akan jarang atau bahkan tidak akan menghadirkan diskusi (dimana disana ada pembicara dan pendengar) sebagai bagian dari gelaran ini, tapi kami sangat berharap bahwa keseluruhan gelaran ini adalah bagian dari proses “berdiskusi” yang lebih cair namun tak kehilangan substansi.
KBJamming juga mengusung ‘Cerita Tentang Kota’ sebagai tagline-nya. Ide tentang tagline ini sebenarnya baru lahir saat kami meminta kepada semua penampil pada gelaran KBJamming pertama untuk menulis apa saja tentang Kota Makassar. Ya, menulis tentang kota ini di selembar atau beberapa lembar kertas. Tulisan-tulisan tentang Kota Makassar yang akan kami kumpulkan dari penampil-penampil berikutnya rencananya akan kami terbitkan dalam bentuk buku bertajuk sama dengan tagline KBJamming.
Berkaitan dengan tagline ini pula, pada setiap bulannya kami akan “memotret” salah satu spot di Kota Makassar (baik yang masih ada fisiknya maupun yang tinggal kenangan) yang punya sejarah atau cerita menarik namun perlahan telah dilupakan atau tidak mendapat perhatian serius. Pada gelaran pertama ini misalnya kami ikut mendukung gagasan ‘Save Pasar Terong’, salah satu pasar tradisional di Makassar yang memiliki nilai historis yang dalam. Untuk event kedua ini, kami mengusung (serupa) sub-tagline The Forgotten Side of City yang akan memotret tempat-tempat yang perlahan-lahan atau telah tergusur oleh tata ruang kota yang timpang.
Untuk event KBJamming volume 2 ini akan digelar diskusi yang mengangkat tema “Mencari Rock and Roll: Musik dan Politik Keseharian.” Mengapa tema ini? Jawabannya begini, hampir di setiap masa kita menemui beragam musisi yang mampu memotret fenomena sosial secara apik ke dalam karya-karya mereka. Kita akan selalu mengingat Iwan Fals dengan lirik lagu super-emansipatifnya dalam “bongkar” dan tentu akan sulit pada Efek Rumah Kaca yang menjaga ingatan kita terhadap korban penghilangan paksa melalui lagu “Hilang”. Besar atau kecilnya peran karya musisi tersebut tentunya akan mengantar kita dalam diskusi yang panjang, akan tetapi kehadiran musisi dan karya-karya tersebut, sekali lagi menjadi penanda bahwa seni memang bukanlah sekedar untuk seni itu sendiri. Seni telah bergerak lebih jauh melampaui dirinya dan menjadi salah satu media dokumentasi yang sangat mungkin berperan dalam proses transformatif.
Nah, dalam kerangka berfikir seperti di atas, adalah layak bagi kita mendiskusikan yang ditunjukkan oleh Iwan Fals dan ERK dalam zamannya masing-masing merupakan salah satu praktik Politik (atau bahkan) Perlawanan Keseharian. Dengan asumsi bahwa aktifitas keseharian atau rutinitas kita dari bekerja hingga menggunakan waktu luang, langsung atau tidak, hirau maupun acuh masih terkoneksi dengan relasi kuasa yang lebih sistemik. Maka Musisi dan Karyanya bisa mampu menjadi bagian dari aktifitas politik keseharian yang memapankan system atau juga sebaliknya, melawannya dengan ikut serta membangun kritisisme sosial.
Musisi dan Karya-karyanya tersebut tentunya menjadi salah satu media alternative untuk mengkampanyekan pesan kritis bagi banyak orang, terkhusus para penikmat musik yang lebih memilih mendengar lagu-lagu di playlist mereka ketimbang mengikuti secara khidmat khotbah politik di televisi. Diskusi ini akan menghadirkan pembicara Taufiq Rahman (Jakartabeat.Net), Aswin (Kedai Buku Jenny) dan Juang (Musisi Makassar).
Selain diskusi, event ini juga akan menyuguhkan sesi musik akustik (yang merupakan acara utama event ini) bersama band-band asal Makassar seperti Tabasco, Bonzai dan Morning Lie. Bersama Komunitas Perajut Makassar Qui-Qui juga akan diadakan Kelas Merajut Bersama, Gradient yang merupakan salah satu komunitas WPAP di Makassar juga akan memamerkan karya-karya mereka di event ini.
Dan akhirnya keseluruhan gelaran di event ini adalah cara kami menerjemahkan dialog, dialog yang sederhana.